Siapa bilang menjadi orang terkenal itu enak dan nyaman? Lihatlah apa yang
ada di layar kaca, di acara infotainment. Seorang wanita cantik dikelilingi
enam orang yang wajahnya berbeda 180◦. Mukanya terlihat garang, body-nya kekar,
tangannya kadang terkepal. Mereka itulah para bodyguard. Dua di kanan, dua di
kiri, satu di depan, dan satu di belakang.Wajah para bodyguard jauh dari
senyum, terlihat tidak ramah, seakan-akan siap menyergap siapa pun yang berani
mendekat ke artis tersebut.
Wanita cantik itu
akhir-akhir ini memang menjadi pusat pembicaraan media. Gerak langkahnya selalu
menjadi incaran para wartawan. Ke mana pun ia melangkah, ke salon, ke pusat
perbelanjaan, atau sekadar makan, kecuali ke restroom tentunya, selalu saja
diikuti. Nah, inilah satu bukti bahwa menjadi orang terkenal tidak selamanya
menyenangkan.
Coba kita lihat Mang
Iyus. Lelaki biasa yang tinggal di Jakarta Timur. Hampir tiap hari dia
bepergian ke luar rumah dengan santai, rileks, tanpa perlu pengawalan. Hidupnya
benar-benar menyenangkan. Dia bisa pergi ke mall, pasar, atau ke kantornya
dengan berjalan lenggang.
Dua dunia berbeda tentu saja.
Satu manusia biasa, satu lagi mungkin manusia luar biasa. Biaya yang dikeluarkan
dua manusia ini tentu saja sangat berbeda. Semua itu adalah pilihan.
Menjadi orang terkenal
pun sebenarnya bisa tampil biasa-biasa saja. Kalau si wanita cantik itu merasa
harus tampil dengan cantik, menor, atau di kawal bodyguard, ya silakan saja. Toh itu adalah pilihan
yang dia ambil. Begitu pula dengan Mang Iyus, yang memilih tampil apa adanya.
Bagaimana sebenarnya
kita harus berlaku dalam keseharian? Mari kita simak pengalaman Gede Prama.
Motivator kondang asal Bali itu menuturkan kisahnya ketika bertemu dengan
Mar’ie Muhammad, mantan Menteri Keuangan, dalam pesawat dan kebetulan duduk
bersebelahan.
Gede Prama berkisah.
Ketika ditanya ”Bagaimana Pak Mar’ie bisa bertahan lama dalam lingkungan Orde
Baru?”, tokoh yang senantiasa bersemangat ini menjawab, ”Lingkungan memang
menentukan, tetapi kitalah yang paling menentukan dalam hjidup kita sendiri!”.
Ada angin kekaguman yang berdesir di sini ketika mendengar jawaban seperti itu.
Lebih-lebih ketika berjalan meninggalkan pesawat, Pak Mar’ie membawakan tas
seorang ibu yang tengah menjinjing dua tas dan membawa seorang anak. Demikian
seperti yang dututurkan Gede Prama.
Apa yang dilakukan
seorang Mar’ie Muhammad menunjukkan bahwa walaupun seorang tokoh, ia juga
seorang manusia biasa yang senantiasa dapat memberikan pertolongan kepada
sesamanya baik ketika dibutuhkan maupun tidak. Ada sisi kemanusiaan yang hadir
di sana. Hal ini menujukkan bahwa manusia mempunyai hubungan secara horizontal
terhadap sesamanya yang tak bisa hilang sama sekali. Bahwa sejatinya seorang
manusia akan selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Penerimaan seorang
manusia adalah ketika ia mampu menempatkan diri di mana pun berada. Apabila
manusia dibawa ke sifat dasarnya dan menanggalkan atribut yang disandangny,
sejatinya ia akan selalu berusha untuk berbuat baik, menolong sesama,
berinteraksi dengan lingkungan sekitar, berkomunikasi dengan keluarga, teman,
dan handai tolannya tanpa batas sebab pada dasarnya orang ingin menjadi dirinya
sendiri.
Setiap manusia baru
dapat dikatakan memanusiakan dirinya sendiri bila ia dapat tampil pada saat dan
waktu yang tepat. Tampil pas akan menempatkannya pada situasi yang lebih
menguntungkan bagi dirinya. Semua orang pun tahu kalau ia seorang pejabat,
artis, tokoh, atau bahkan orang ngetop sekalipun. Bahkan seandainya pun orang
lain tak mengenalinya ketika ia berjalan-jalandi pasar misalnya, mestinya ia
malah bersyukur karena dapat melakukan aktivitasnya dengan bebas.
Setiap manusia baru
dapat dikatakan memanusiakan dirinya bila ia memberi dan memerima apa adanya.
Seorang manusia hanya menjalankan satu peran sosial ketika berada dalam satu komunitas tertentu. Ketika seorang artis
beraksi di panggung, ia hanya memainkan satu peran sosial sebagai artis.
Seorang atasan tetap menjadi atasan ketika berada dikantor, tetapi ketika
berada di luar kantor, menjadi seorang ayah atau ibu dari anak-anaknya, menjadi
sahabat dari teman-teman lainnya, dll.
Profesi tertentu
adalah bagian dari peran-peran sosial yang ada. Profesi merupakan satu dimensi
sisi kemanusiaan dari dimensi manusia lain yang lebih luas. Mencapai suatu
profesi merupakan keberhasilan. Pencapaian itu tetap harus dihargai karena
untuk mencapainya terkadang tidaklah mudah dan butuh pengorbanan. Tetapi, yang harus
segera dipahami, dimensi manusia lebih luas daripada sekadar peran-peran
tersebut, dan janganlah kita berhenti hanya pada satu peran.
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia sesungguhnya mempunyai dan memainkan multiperan, yang tak
hanya dapat dibingkai pada satu peran,. Apabila Anda berpuas diri pada satu
peran saja, yang ada hanyalah stempel sesaat. Kadang manusia lupa bahwa stempel
tersebut hanya berlaku pada sikon tertentu, tak selamanya. Sayang sekali jika
itu terjadi. Padahal seperti kata sang penyair, Khalil Gibran, ”Kehidupan sehari-hari
kita adalah tempat ibadah kita yang sebenarnya”.
0 komentar:
Posting Komentar